Dalam sehari,
Facebook bisa menghasilkan miliaran jempol (
like) dan komentar di situsnya. Namun, berhati-hatilah dalam memberikan
jempol (like) dan komentar di Facebook. Sebab banyak ranjau atau jebakan disana. Seperti apa? Ini kisah-kisahnya.
Seorang sheriff di Virginia, Amerika Serikat, mengaku telah dipecat akibat aksinya dalam pemberian jempol pada laman Facebook kompetitor politik bos sheriff tersebut. Celakanya pengadilan setempat memutuskan jika pemberian jempol ini tidak termasuk dalam salah satu kebebasan mengemukakan pendapat yang termaktub dalam undang-undang.
Lain pula dengan
Peter TerVeer, eks staf
Library Congress. Ia menjadi
korban kekerasan, diskriminasi, pelecehan seksual di lingkungan kerja setelah kedapatan men-like,
kelompok pendukung gay di Facebook.
Beberapa perusahaan di Amerika Serikat sangat ketat dalam
kontrol media sosial. Mereka bahkan memantau aktivitas karyawannya khususnya di jejaring sosial Facebook.
Philip Denver, seorang pengacara tenaga kerja di Denver berbagi salah satu pengalaman naas serupa yang telah menimpa kliennya. Kliennya, mengambil foto rekan kantor yang tanpa sengaja memerlihatkan pakain dalamnya. Merasa tak nyaman tatkala melihatnya di Facebook, ia kemudian melaporkan ke bagian SDM perusahaan.
"Banyak perusahaan yang tengah mempertimbangkan perubahan buku panduan karyawan dan peraturan kantor, karena kian banyak karyawan yang memakai Facebook di jam makan siang," terang Gerald Maatman Jr, pengacara tenaga kerja Chicago, seperti dikutip dari The Wall Street Journal.
Lain pula dengan
Eric Jackson, seorang pengacara tenaga kerja di Virginia. Salah satu kliennya yang bekerja di perusahaan kesehatan dilarang memposting informasi yang menampilkan data-data pasien.
"Media sosial kini tersebar sangat luas dan orang-orang menggunakannya dengan santai setiap hari. Orang sering lupa bahwa masalah privasi juga merupakan bagian dari pekerjaan mereka," terang Eric Jackson.
(kaskus)
No comments:
Post a Comment