Tuesday, December 24, 2013

Berita dan Profil Artis Terkini: Kisah Nyata Joki Three in One Plus Plus Yang Berikan Layanan Seks Buat Pengemudi Mobil

Berita dan Profil Artis Terkini
 
Creating iOS Games: Beginner Course

Marin Todorov teaches you how to create an iPhone game easily and simply using Cocos2d in this $99 online course.
From our sponsors
thumbnail Kisah Nyata Joki Three in One Plus Plus Yang Berikan Layanan Seks Buat Pengemudi Mobil
Dec 25th 2013, 00:11, by noreply@blogger.com (Opung SlideGossip)

Pelaku atau pemberi jasa joki three in one (3 in 1) ternyata tidak hanya menolong para pengemudi mobil melintas di kawasan three in one di Jakarta pada jam-jam sibuk. Ada juga para joki three in one yang memberikan jasa layanan seks buat para pengemudi mesum yang memintanya atau dikenal dengan istilah joki three in one plus plus. Kedok pelayanan mesum joki 3 in 1 ini terkuak dari pengakuan Ed (38 tahun), pria yang sudah enam tahun menjadi joki three in one. Setiap hari, dia bukan hanya sekadar duduk di mobil mewah lalu dibayar, melainkan juga mendapat tawaran untuk melayani kebutuhan seks pengemudi tersebut.
Menurut Ed, dia sempat terseret menjalani praktik asusila tersebut karena tuntutan kebutuhan hidup. Biasanya, kata dia, pengemudi mesum itu mengajaknya ke Ancol, Jakarta Utara. Selain dengan pria, ada kalanya perbuatan asusila ini juga dilakukan dengan wanita.
"Pernah saya diajak ke parkiran Ancol pake mobil. Tapi tidak sampai berhubungan badan," ujar Ed, saat berbincang dengan Kompas.com, Selasa (24/12/2013).
Namun Ed juga mengaku khawatir juga dengan keselamatan istrinya, DS (31 tahun), yang juga menjadi joki three in one. Menurutnya, sang istri juga kerap diajak untuk berbuat hal negatif. "Sering diajak. Ayo Bu, saya kasih lebih ya, kita ke Ancol," tutur Ed.
Kendati demikian, dia sudah berpesan kepada sang istri untuk berhati-hati. "Kalau ditawarin dia tahu, kalau tidak jelas jangan mau. Dia langsung turun (dari mobil)," ujarnya.

Banyak praktik asusila
Ed menyebut, praktik semacam itu hampir digeluti para joki di berbagai kawasan Ibu Kota. Seperti joki three in one di kawasan Djuanda, Menteng, atau di Pakubuwono, dan Kebayoran. Imbalannya cukup menggiurkan, mulai dari handphone sampai uang ratusan ribu rupiah. Biasanya, kata Ed, mereka adalah remaja yang menjadi joki.
"Di Pakubuwono kasih Rp 500.000 mau, atau enggak dikasih handphone. Kalau Si Y itu dikasih BlackBerry," ujar Ed sambil menunjuk salah satu joki di sampingnya.
Menurut dia, joki yang masih berusia anak-anak pun tak luput dari incaran para lelaki hidung belang. Biasanya, mereka adalah lelaki yang menyukai anak di bawah umur, atau paedofil. Diberi Rp 100.000, kata Ed, anak-anak tersebut sudah senang.
"Mereka suka anak kecil. Kebanyakan di Menteng sama Taman Lawang," katanya.
Ed mengaku terpaksa melakukan hal asusila tersebut. Menurutnya, penghasilan sebagai penjaga toko DVD dan joki three in one tidak mencukupi kebutuhan istri dan seorang anaknya. Dia juga mengaku terpaksa untuk bekerja sebagai joki agar dapat menyambung hidup di Ibu Kota. Istrinya, DS, yang dulu bekerja sebagai penjual parfum, kini sudah tidak lagi melanjutkan pekerjaannya. DS sudah tiga tahun menjadi joki.
Dari setiap pengendara mobil, ED bisa mendapatkan uang Rp 20.000. Pelanggannya adalah pekerja di kawasan Sudirman, atau di Dukuh Atas, hingga Harmoni. Untuk pelanggan dengan tujuan jauh, biasanya dia mematok harga Rp 25.000-Rp 30.000.
"Kalau yang sudah tahu biasanya nyiapin duit. Cuma kalau ada yang baru, belum tahu, nanya berapa bayarnya, ya kita tembak aja gocap (Rp 50.000)," kata Ed.
Dari penghasilannya sebagai joki bersama istrinya, satu bulan ia bisa memperoleh total Rp 4 juta. Uang yang terkumpul kemudian digunakannya untuk membayar kontrakan sebesar Rp 350.000, serta membiayai hidup rumah tangganya.
"Uang joki habis terus, mau nabung saja susah," ujar Ed, yang menjadikan joki sebagai pekerjaan sampingannya.
Menjalani pekerjaan sebagai joki three in one, bukan sekali Ed harus berurusan dengan petugas Satpol PP yang melakukan razia. Ed pernah merasakan bagaimana tinggal berminggu-minggu di panti binaan sosial Cipayung dan Kedoya. Saat ditangkap, ED merasakan pentungan petugas Satpol PP yang menghajarnya.
"Digebukin, kan di dalam udah ngumpul campur sama pak ogah, sama pengamen-lah," kenang Ed.
Namun, dia masih setia menggeluti profesi joki karena penghasilan yang cukup menggiurkan dan mudah mendulang rupiah. Yang terpenting, kata dia, pekerjaan tersebut halal di matanya.
(Robertus Belarminus)'tribunnews.com

You are receiving this email because you subscribed to this feed at blogtrottr.com.

If you no longer wish to receive these emails, you can unsubscribe from this feed, or manage all your subscriptions

No comments:

Post a Comment